menu

Masjid Cheng Hoo

 

Maps


Masjid Cheng Hoo Pandaan terletak di pinggir jalan raya Malang – Surabaya – Trawas – Tretes, Propinsi Jawa Timur. Lokasinya yang terletak di daerah yang memiliki pemandangan alam memukau menjadikan Masjid ini tempat istirahat sejenak yang menyenangkan bagi mereka yang melalui ruas jalan tersebut. Di sekitar Masjid Cheng Hoo Pandaan banyak penjaja makanan seperti jamu gendong, jagung rebus, dan lain sebagainya.

Masjid Cheng Hoo Pandaan langsung ditangani Pemkab Pasuruan. Pembangunan Masjid ini dan di gagas oleh Jusbakir Aldjufri, bupati Pasuruan untuk dijadikan penanda yang religius bagi pengguna jalan yang melintas.

Mulai dibangun tahun 2003, dan sudah mulai digunakan pertama kali dengan sholat tarawih berjamaah pada tanggal 23 September 2006 (Ramadan 1427 Hijriah), dan diresmikan tahun 27 Juni 2008 oleh Bupati Pasuruan, Jusbakir Aldjufri. Dibangun di atas lahan milik dinas pertanian kabupaten Pasuruan yang kemudian dikosongkan untuk keperluan pembangunan masjid.

Maksud dan tujuan dipilihnya bentuk masjid dengan bentuk pagoda atau kelenteng yang identik dengan tempat ibadah bagi ummat Tridharma itu hendak menunjukkan kepada masyarakat tentang universalitas Islam. Islam itu rahmat bagi semesta (rahmatin lil alamin), tak mengenal sekat-sekat bangsa, etnis, negara, dan seterusnya. Jadi, walaupun bentuknya bergaya Tiongkok, masjid ini dapat dipakai oleh umat Islam dari mana saja.

Masjid Cheng Ho Pandaan gaya arsitekturnya mengadopsi Masjid Cheng Hoo Surabaya yang telah lebih dulu menjadi ikon pariwisata. Lantai dasar Masjid Cheng Hoo Pandaan digunakan untuk ruang pertemuan yang disewakan, namun bagi jamaah yang ingin tidur sejenak dipersilahkan di ruang tersebut. Lantai dua khusus sholat dan tidak boleh digunakan untuk tiduran. Ukuran keseluruhan masjid dua lantai ini adalah 50 x 50m.

Pada tahun 1405, seorang pelaut Muslim China, laksamana Zheng He atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama Cheng Hoo telah lebih dahulu mengarungi lautan dunia. Kapal yang digunakan Cheng Hoo dengan panjang 400 kaki, Cheng Hoo melakukan penjelajahan dunia sebanyak tujuh kali dari tahun 1405 sampai 1433. Kapal – kapal Cheng Hoo mengunjungi Nusantara, Thailand, India, Arabia, dan Afrika Timur. Bahkan ada beberapa spekulasi yang memperkirakan perjalanan kapal Cheng Ho jauh melampaui Semenanjung Harapan Afrika Selatan. Bahkan ahli sejarah Gavin Menzies memperkirakan bahwa Cheng Ho juga mencapai benua Amerika, meskipun banyak diragukan ahli lain karena dugaan Menzies kurang didukung bukti – buktisejarah yang meyakinkan.

Penjelajahan Cheng Hoo bukanlah suatu upaya untuk melakukan penaklukan atau penjajahan terhadap bangsa-bangsa lain oleh bangsa China. Perjalanan Cheng Hoo lebih merupakan upaya untuk mengenal bangsa – bangsalain dan juga untuk menjajagi kemungkinan untuk kerjasama perdagangan dan ekonomi dengan bangsa-bangsa lain. Cheng Hoo membawakan bangsa lain hadiah – hadiah seperti emas, perak, porselin dan sutera; dimana sebagai imbalannya Cheng Hoo membawa pulang ke negaranya binatang-binatang yang tidak ada di negaranya seperti burung unta, zebra, unta dan jerapah, dan juga membawa pulang gading gajah.

Laksamana Cheng Ho beragama Islam, dia seorang muslim. Profesor HAMKA menilai Cheng Ho punya andil dalam memperkuat penyebaran Islam di Nusantara. Slamet Muljana menulis bahwa Cheng Ho membentuk komunitas muslim di Palembang, kemudian di Kalimantan Barat, dan kemudian juga membentuk berbagai komunitas serupa di pesisir Jawa, semenanjung Malaysia dan Pilipina.

Serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.

Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan Kaisar Xuande (1426-1435) ke beberapa daerah dan negara di Asia dan Afrika, di antaranya Vietnam, Taiwan, Malaka/bagian dari Malaysia, Sumatra/bagian dari Indonesia, Jawa/bagian dari Indonesia, Sri Lanka, India bagian Selatan, Persia, Teluk Persia, Arab, Laut Merah, ke utara hingga Mesir, Afrika, ke selatan hingga Selat Mozambik.

Dalam khazanah keislaman, kehadiran Cheng Ho di Indonesia telah memunculkan wacana baru studi keislaman Indonesia. Cheng Ho berperan besar dalam pergolakan politik kerajaan-kerajaan di Jawa. Setidaknya, Cheng Ho memiliki andil besar dalam meruntuhkan Majapahit, Kerajaan Hindu terbesar dan berperan dalam membangun kerajaan Islam Demak pada tahun 1475.

Kerajaan – kerajaan yang pernah dikunjunginya ialah Kerajaan Majapahit (Jawa), Kerajaan Samboja (Palembang) dan Kerajaan Samudra Pasai (Aceh). Semarang dan Surabaya merupakan dua pelabuhan penting yang sering dikunjunginya. Ma Huan, pembantu dekat Laksamana Cheng Hoo yang beberapa kali mengikuti pelayarannya mengisahkan pernah bertemu dengan sejumlah Muslim Tionghoa yang menetap di jawa pada saat itu (abad 15). Tahun 1961, Buya Haji Hamka, Ulama besar dan Cendekiawan Islam Indonesia pernah menulis : “Seorang muslim dari China yang amat erat kaitannya dengan kemajuan dan perkembangan Agama Islam di Indonesia dan Melayu adalah Laksamana Cheng Hoo (Zheng He).”