Candi Jawi

Maps
Candi Jawi terletak di Desa Candiwates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan di kaki Gunung Welirang. Dalam Kitab Negarakertagama, Candi Jawi juga disebut “Jajawa” atau “Jawa – jawa”. Candi ini dibangun di atas tanah datar dengan pintu masuk disebelah timur, dengan adanya bekas – bekas bangunan lain di belakang bangunan utama, yang merupakan sisa dari Candi Perwara. Pemugaran pertama telah dilaksanakan pada tahun 1938 – 1941 dikarenakan sebelumnya candi ini telah runtuh. Akan tetapi, pemugara belum dapat mencapai keseluruhan atap walaupun telah disusun batu – batu candi sebagian atap sebagai susunan percobaan. Hal ini dikarenakan satu lapis batu pada bagian tubuh candi hilang sehingga hubungan dengan bagian atas tidak diketahui. Ukuran candi Jawi terdiri dari : panjang 14,24 m, lebar 9,55 m, dan tinggi 24,5 m.
Candi Jawi mempunyai bentuk arsitektur yang tinggi dan ramping dengan kaki candi dihias serangkaian relief yang menggambarkan suatu cerita yang dapat diperkirakan sesuai jalan Pradaksina, walau sampai sekarang identifikasi cerita masih belum jelas. Pahatan reliefnya agak tipis sehingga beberapa diantaranya sudah rusak. Pada tubuh candi terdapat relung –relung yang pada bagian atasnya dihias dengan kepala Kala, sedangkan dibagian tengahnya terdapat bingkai persegi mendatar.
Atap candi terdiri dari 3 tingkatan, puncaknya berbentuk Dagodha. Jenis batu bagian atap, yaitu batu putih berlainan dengan batu – batu bagian kaki, yaitu batu hitam. Kemungkinan batu – batu bagian atap ini berasal dari masa yang berlainan, karena pada tahun Saka 1253 candi Jawi pernah disambar petir, seperti yang dijelaskan dalam Kitab Negarakertagama pupuh 57 : 4.Akibatnya bagian atasnya runtuh yang kemudian diperbaiki pada tahun berikutnya. Hal ini menjadi jelas dari temuan 1938 sewaktu diadakan penelitian didapatkan batu candi yang berangka tahun 1254 Saka, yang merupakan tahun dibangunnya kembali Candi Jawi. Di dalam candi, ada sepasang batu yang dinamakan Batu Yoni dan Batu Linja, namun Batu Linja belum ditemukan saat dipugar kembali. Sepasang batu itu melambangkan hubungan pria dan wanita. Menurut W. F. Stutterheim bentuk Candi Jawi pada mulanya seperti bentuk lukisan pada salah satu reliefnya, dimana pada relief tersebut ada suatu bangunan yang sebagian atasnya berbentuk tumpang. Dr. N. J. Krom mengatakan bahwa Candi Jawi bertingkat, akan tetapi Purbatjaraka mengatakan bahwa Candi Jawi tidak bertingkat.
Negarakertagama pupuh 56 : 2 menyebutkan bahwa arca utama di dalam bilik Candi adalah Arca Siwa, dengan tambahan keterangan bahwa ada Arca Aksobya bermahkota tinggi. Arca – arca temuan adalah Nandiswara, Durga, Brahma, Ganesa, Nandi dan Fragmen Ardanari, namun tidak terdapat Aksobya. Prapanca sendiri menyatkan bahwa Aksobya telah hilang pada saat halilintar meenyambar Candi Jawi pada Tahun Saka 1253. Candi Jawi mempunyai dua sifat keagamaan, yaitu bagian bawah bersifat Siwa, dan bagian atas bersifat Buddha. Percampuran dua agama antara Hindu-Buddha di Jawa Timur memang sangat menonjol pada masa itu.
Negarakertagama pupuh 56 : 1 menyatakan bahwa Candi Jawi dibangun oleh Raja Kertanegara pada akhir Singosari (abad 13). Mengenai fungsi candi, ada pendapat yang menyatakan bahwa Candi Jawi sebagai candi pendharmaan Raja Kertanegara dimana ia menasbihkan dirinya. Pendapat lain tidak menyatakan seperti itu, karena Candi Jawi didirikan semasa Raja Kertanegara masih hidup. Selain itu, Candi Jawi tidak diuraikan secara jelas oleh Sthapaka (penjaga candi), sebagai salah satu kelompok candi yang fungsinya jelas sebagai tempat pendharmaan Raja Kertanegara. Berdasarkan urutan relief yang bersifat Pradaksina (upacara penghormatan terhadap Dewa), candi ini berfungsi sebagai kuil atau tempat pemujaan dewa.
Candi Jawi yang sekarang ini dipugar kembali pada tanggal 1 Desember1975sampai dengan 30 Juni 1980, dipugar oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. Candi Jawi diresmikan pada tanggal 17 Februari 1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI saat itu, Dr. Daoed Joesoef.